Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, terutama dalam waktu yang lama ditandai dengan tubuh pendek (kerdil), yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak pada anak. Penderita stunting umumnya rentan terhadap penyakit, memiliki tingkat kecerdasan di bawah nonnal serta produktivitas rendah.
Berdasarkan hasil Pemutakhiran Data Keluarga Indonesia tahun 2022, terdapat 13.511.649 keluarga berisiko stunting. Jumlah ini merupakan bagian dari 71.334.664 total jumlah seluruh keluarga di Indonesia.
Selain menyasar pada keluarga berisiko stunting, calon pengantin (catin) juga menjadi sasaran prioritas program PPS. BKKBN mencoba menjaring catin agar pencegahan stunting benar-benar dimulai dari hulu. “Pintu gerbang pertama adalah catin. Bila lolos, kita tangkap di ibu hamil. Sehingga kondisi bayi yang dilahirkan benar-benar sehat dan terbebas dari stunting,” .
Pncegahan stunting difokuskan pada wilayah kecamatan hingga ke tingkat RT. “Mengapa kecamatan? Karena merupakan wilayah yang paling dekat dengan keluarga,” Di wilayah kecamatan inilah para petugas di lini lapangan bergumul dengan tugasnya — dibantu para Pembina Pembantu Keluarga Berencana Desa (PPKBD) dan sub PPKBD — melakukan sosialisasi, penyuluhan dan pelayanan.
Saat ini sedikitnya terdapat 14.000 Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB). Mereka tersebar di berbagai pelosok dan dalam menjalankan tugasnya dibantu PPKBD atau kader KB yang jumlahnya jutaan. Cukup efektif karena PPKBD, yang telah mengantarkan program KB menggapai sukses, menyebar hingga tingkat RT/RW di seluruh wilayah Indonesia.
Dalam program PPS, para PLKB dan relawan kader KB ini dibantu oleh 593.137 personil yang tergabung dalam 200.000 Tim Pendamping Keluarga (TPK). Tim ini terdiri atas bidan, kader PKK dan juga kader KB.
Fungsi dari masing-masing anggota TPK berbeda, tetapi memiliki tujuan sama, yakni memberikan pendampingan pada keluarga risiko stunting (KRS). Bentuknya berupa penyuluhan dan edukasi. Salah satu tugas yang diemban TPK adalah memastikan bantuan yang disalurkan tepat sasaran dan diterima KRS dengan baik. Seperti bantuan telur yang benar-benar harus di makan oleh anak stunting atau berpotensi stunting, bukan oleh anggota keluarga yang lain.









4 Cara Mencegah Stunting
Pada penyelenggaraan Hari Gizi Nasional ke-63 di tahun ini, Kementerian Kesehatan mengangkat tema “Protein Hewani Cegah Stunting”. Pada tema tersebut menyadarkan kita bahwa stunting masih menjadi masalah kesehatan yang banyak kita temukan disekitar. Pendapat tersebut juga dibuktikan dengan capaian stunting pada tahun 2022 yang mencapai 21,6% (SSGI 2022).
Dengan demikian, pemenuhan protein hewani pada ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita harus terus mendapatkan perhatian. hal ini dikarenakan pangan hewani mempunyai kandungan zat gizi yang lengkap, kaya protein hewani dan vitamin yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan Si Kecil.
4 Cara Mencegah Stunting pada Anak
Selain pemenuhan protein hewani, terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meminimalisir potensi stunting pada anak, dianataranya adalah sebagai berikut;
- Memberikan ASI eksklusif pada bayi hingga berusia 6 bulan
- Memantau perkembangan anak dan membawa ke posyandu secara berkala
- Mengkonsumsi secara rutin Tablet tambah Darah (TTD)
- Memberikan MPASI yang begizi dan kaya protein hewani untuk bayi yang berusia diatas 6 bulan
Dengan melakukan berbagai cara mencegah stunting pada anak diatas, diharapkan mampu meminimalisir potensi stunting pada anak-anak di Indonesia.
Tetap terapkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta bersegera untuk melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat apabila mengalami gejala penyakit, agar bisa segera mendapatkan penanganan sedini mungkin dari para petugas kesehatan.